Bisa hubungi Yusup langsung di 0813.1780.5953 untuk diskusi lanjutan. Atau mampir ke warung kopi kami di daerah Tulung, Kalasan dan di Kebun Martani Labasan di Pakem, Kaliurang.
After this event, you'll never look at dinner the same way again.
Line Food For Nation: @40wwc8675v
Belajar dari Film Food Inc.
(Yusup
Martani/081317805953)
1.
Pertama
·
Hal
penting yang saya tangkap dari film Food Inc adalah beda antara “bertani (farming) dengan fabrikasi tani (factoring)”….beda antara “olah rasa/olah
pangan dengan industri pangan”.
·
Kalo
anda tahu bagaimana pangan diolah dan disajikan, kemungkinan besar tidak
mampu/kolu/mentolo untuk memakannya
·
Cepat,
cepat, cepat…. Tumbuh, tumbuh tumbuh….. banyak, banyak, banyak…. adalah bagian
dari factoring
2.
Kedua
·
Pernahkah
kita bertanya dari mana, siapa yang membuat, bagaimana cara membuat dan terbuat
dari apa makanan kita?
·
Penjajahan
yang paling alami dan mematikan adalah melumpuhkan kesadaran kita atas berbagai
hal, termasuk pangan.
·
Serangan
utama tertuju pada rasa takut, malas dan ketidaksabaran, dan bodoh. Pada tahap
lanjut kita akan kehilangan jati diri, tidak kreatif (bodoh) ingin meniru dan
menjadi orang lain: kebarat-baratan, kearab-araban, ketimur-timuran (China,
Jepang, Korea) dll.
·
Fenomena
keberhasilan “mereka” menjajah “kita” antara lain: mie instan, bahan pangan
basis terigu, sachetan, bumbu instan, buger dan kebab mania, capucino dan
ekspresso dll
·
Dengan
berbagai upaya, semua industriawan pangan berupaya untuk menjadikan semua orang
sama dan seragam dalam hal rasa dan konsep mengenai kecukupan dan kesehatan
pangan
·
Rasa
takut kekurangan cenderung kita akan memproduksi dan mengolah pangan berlebihan
(apakah pernah ada yang membuat skripsi tentang food waste?).
·
Kearah
mana Mahasiswa Tehnologi Pertanian/Pangan belajar? Apakah juga akan menjadi
bagian dari Food Inc?
3.
Ketiga
·
Jika
kita amati dengan cermat situasi pertanian pangan, situasi apa sebenarnya yang
perlu kita khawatirkan? Cara berbudidaya yang seragam.
·
Apakah
budidaya organik dapat menjadi solusi? Ya, jika cara bertani dilakukan dengan
farming; tidak, jika organik juga sudah menjadi factoring.
·
Banyak
pemahaman mengenai budidaya organik. Martani lebih memilih cara yang dikenal
dengan LEISA (Low Ekternal Input Sustainable Agriculture). LEISA akan memberi
peluang lebih besar kepada petani untuk mandiri. Contoh: meskipun organik,
pupuk yang diproduksi masal oleh pabrikan akan dihindari.
·
Jenis
yang ditanam adalah apa yang cocok dan dikuasai oleh petani
·
Konsumsi
sendiri dulu, baru sisanya dipasarkan. Pasarkan mulai dari yang dekat.
·
Organik
jika sudah terbawa (cepat, tumbuh, banyak)…. juga akan jadi factoring
·
Setiap
individu unik dalam hal fisik, budaya dan kondisi alam sekitar tempat hidupnya.
Ada orang yang cukup makan dua kali sehari ada yang tidak, ada yang kuat makan
cabe ada yang sakit perut, ada yang hidup di daerah pantai ada yang di
pegunungan.
·
Belajar
dari Muhammad SAW: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang
·
Belajar
dari orang Jawa: semua dapat diserap tetapi tidak pernah menjadi apa yang
diserap (sinkretisme), saya tidak menolak burger, spagetti (barat), mau juga
makan kebab (timur), bisa juga makan mie (china), ataupun nasi (india). Tapi
kalo ada pilihan tetap akan memilih tiwul dan tempe.
·
Belajar
dari ilmu sosial ekonomi: populisme (Chayanov) dan anarkisme (menghargai keunikan
dan keberagaman, memilih untuk tidak besar dengan alasan efisien dan produktif).
Saya akan memilih Yoghurt, keju dll bikinan temen sendiri ketimbang bikinan
pabrik.
·
Saya
akan memilih makan dengan cara mengolah sendiri ketimbang beli makanan mateng,
jika harus beli saya akan memilih yang berbahan lokal bukan impor (karena pasti
lebih segar dan sehat), saya akan memilih pangan yang bukan kemasan, karena ada
keunikan rasa, sementara kalo kemasan dapat dipastikan rasanya sama.
·
Itulah
organik dalam pangan dan bertani.
4.
Keempat
· Martani dibentuk pertama kali pada
tanggal 23 Maret 2014. Pada awalnya Martani merupakan bagian dari program KRKP (Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan
Pangan), sebuah koalisi yang beranggotakan LSM pendamping petani di Bogor.
Mandat utama Martani adalah untuk: 1) menjalankan misi KRKP mewujudkan
“Perdagangan yang Adil”, “pertanian berkelanjutan”, dan “konsumsi pangan lokal
sehat”; dan 2) menjadi media komunikasi antar anggota kelompok petani produsen
dan konsumen melalui perdagangan pangan lokal sehat.
· Usaha pokok Martani adalah
perdagangan pangan sehat hasil produksi petani dampingan anggota KRKP, terutama
beras dan palawija. Pada tanggal 17 Juli 2015, Martani memisahkan diri dari
KRKP menjadi sebuah entitas bisnis mandiri dan berdomisili di Cepoko, Bugisan,
Prambanan, Klaten. Perpindahan ke Prambanan dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada kelompok petani produsen yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten
Magelang, Boyolali, Klaten, Sleman, Kulonprogo, Gunung Kidul dan Bantul.
· Martani merupakan bahasa Jawa,
sebagai laku (predikat) mempunyai arti “menghidupi” dan sebagai subyek/obyek
dimaknai sebagai “sumber penghidupan”. Martani dapat dipandang sebagai
penggabungan dua suku kata: Mart dan Tani, Mart dalam Bahasa Inggris berarti
pasar, dan Tani berarti petani. Sehingga Martani dapat dimaknai sebagai
pasarnya petani, “tempat” dimana petani dapat memasarkan produknya.
· Misi Martani sebagai entitas bisnis
adalah menyediakan pangan lokal sehat secara ajeg dan mendapatkan keuntungan. Sehat
dalam hal ini adalah tanpa pestisida, pengawet, pewarna, perasa, pengenyal (5P)
buatan; lokal: dapat ditelusuri asal dan cara produksinya, serta minimal
kandungan impor dan produksi pabrikan besar; dan ajeg: produksi, penyediaan dan
pelayanan lancar secara kuantitas dan kualitas. Prinsip berdagang yang dipegang
Martani adlah jujur, saling percaya, dan saling menguntungkan. Sehingga
diharapkan dapat visi Martani: olah rasa mbangun jiwa (secara bersama mengalami
dan memaknai untuk saling menghidupi).
5. Kelima
Organik Farming, Mart-Tani, dan angkringan dapat
dijadikan instrument gerilya pangan untuk food inc. (diskusi selanjutnya).
No comments:
Post a Comment